Kisah Tikus-Tikus Kantor



Tikus-Tikus Kantor


Di sebuah kota, ada gedung tinggi yang setiap hari dipenuhi orang-orang sibuk. Namun sesungguhnya, di dalam gedung itu bukan manusia yang bekerja, melainkan tikus-tikus kantor. Mereka tidak berwujud hewan berbulu abu-abu, melainkan mirip manusia yang berdasi dan berjas, tetapi sifat aslinya tetap sama: suka menggerogoti.


Tikus-tikus itu pandai berakting. Mereka tersenyum ramah, berbicara sopan, dan sering menggelar rapat tentang kesejahteraan rakyat. Namun, setiap kali ada anggaran masuk ke kantor, uang itu tidak pernah sampai ke tujuan. Sekolah yang seharusnya dibangun hanya tinggal tiang, jembatan yang direncanakan tak pernah selesai, dan rumah sakit tetap rusak. Semua karena sudah lebih dulu digerogoti oleh para tikus.


Ada seekor tikus besar bernama Pak Gemuk, pemimpin kantor. Ia pandai berbicara, selalu bilang, “Semua ini demi kepentingan rakyat!” Padahal ia sendiri yang paling banyak menimbun keju dan makanan di rumahnya.


Lalu ada Tikus Licik, sekretaris yang selalu membuat laporan palsu. Angka-angka ia putar balik, sehingga seolah-olah semuanya beres. “Tidak ada masalah,” katanya, padahal rak-rak kantor sudah kosong karena hasil korupsi mereka.


Tikus-tikus kecil, para staf bawahan, juga ikut menikmati remah-remah. Mereka tahu itu salah, tapi diam saja. “Lebih baik ikut makan sedikit daripada kelaparan,” pikir mereka.


Sementara itu, rakyat di luar gedung semakin sengsara. Jalan rusak, banjir tak tertangani, sekolah reyot, dan harga-harga naik. Mereka mulai bertanya-tanya: ke mana larinya semua uang itu?


Sampai akhirnya datanglah para kucing muda: sekelompok orang jujur yang berani melawan. Mereka menelusuri jejak para tikus, mengumpulkan bukti, dan membongkar semua kebusukan di kantor.


Ketika kebenaran terbuka, tikus-tikus kantor panik. Ada yang berlari bersembunyi, ada yang pura-pura tidak tahu apa-apa, ada pula yang mencoba menyuap kucing-kucing itu. Namun kali ini rakyat sudah muak. Mereka bersatu, membantu para kucing untuk membersihkan gedung.


Satu per satu tikus ditangkap dan diseret keluar. Gedung yang dulu penuh kegelapan akhirnya terang kembali. Tidak ada lagi suara gigi menggerogoti.


Dan sejak hari itu, rakyat sadar:

Jika tikus dibiarkan menguasai kantor, negeri hanya akan hancur. Tapi jika rakyat berani melawan, tikus-tikus itu takkan pernah berani kembali.




Comments

Popular posts from this blog

Ekstrakurikuler Jurnalistik/Mading